Saturday, September 13, 2008

Langkah Gontai Tak Tentu Arah | Pepatah bijak

Langkah ini kembali gontai tak tahu akan kemana arahnya. Hidup ini makin terlihat kabur dan samar-samar.
Hari ini kumendengan cerita manis dari seorang sahabat tentang luapan perasaan cintanya. Mulutnya terus bercerita sambil sekali-kali mengeluarkan senyum lebar tanda bahagia. Dia betul-betul mencurahkan semua isi hatinya. Langkahnya terdengar keras dan terkesan mantap. Dia punya rencana-rencana yang ingin dia lakukan satu hari atau bukan, satu tahun kedepan. Betapa beruntungnya dia. Setiap kata yang keluar dari mulutnya kutanggapi dengan senyum dan tawa. Seolah ku turut merasakan kebahagiaan. Tetapi dalam hati ini sebenarnya menangis. Menangis penuh penyesalan dan kecemburuan. Meski kata-kata pepatah bijak terus keluar dari mulutku yang dia simak dengan seksama tapi hati ini berkata lain. Meski diluar ku seorang pujangga tapi didalam ku seorang narapidana. Hatiku terbelenggu, terbebani dan entah kenapa tak pernah bisa kubebaskan.
Kawan, pernahkah kamu mengerti arti dari cinta sejati?
Cinta sejati itu adalah ketika kamu kehilangan dia, kamu tetap tegar berdiri. Adalah ketika dia mencintai orang lain, kamu tetap bisa tersenyum. Adalah ketika dia jadi milik orang lain, kamu masih mampu berkata "aku turut berbahagia untukmu".
Mungkinkah ada cinta sejati didunia ini? Dunia ini hanyalah panggung sandiwara yang penuh dengan kepalsuan. Semua yang kamu dengar, semua yang kamu lihat belum tentu itu suatu kebenaran. Hanya satu yang harus kamu pegang sepanjang hidup kamu "Nasehat Orang tua".

Sampai jumpa lagi. Ku kan kembali muncul ketika hati ini telah terbebaskan dari belenggu kehidupan.

Saturday, September 6, 2008

Curahan Hati hari ini membutuhkan pepatah bijak

Ini post pertama dan pembuka dari rentetan pelampiasan semua unek-unek yang ada didalam hati ini. Tak ada maksud hati ini menyalahkan siapapun. Ini hanyalah curahan hati yang tidak bisa telepaskan. Yang tidak bisa terluapkan.

Hari ini cerah tapi kenapa kumerindukan hari yang mendung. Mendung dan gelap. Sehingga aku bisa duduk termenung dipojok kamar yang juga gelap. Merenungkan semua yang telah terjadi menimpaku. Ragu dan bimbang ini terus menyelimuti hatiku. Perasaan tak menentu yang membuat aku serasa ingin pergi ke suatu tempat yang jauh, yang hanya ada aku dikelilingi alam dan burung-burung. Keseberang lautan dan singgah disuatu pulau tak berpenghuni yang hanya ada aku sendiri. Mungkin aku bisa melupakan segalanya dan membebaskan hati ini dari beban yang semakin hari terasa semakin berat. Oh Tuhan.. Kenapa Engkau memberikan cobaan yang begitu berat. Tak sanggup rasanya aku menjalaninya.

Saat seperti ini otakpun rasanya tak bisa lagi berfikir. Pikiranku sepertinya telah mencapai ambang batas. Andai saja saat seperti ini Engkau mengirimkan malaikat yang bisa menolongku Tuhan. Mungkin aku akan bisa memiliki kesempatan kedua. Diri ini betul-betul memerlukan seseorang yang mampu menjadi tongkat saat ku tak bisa berjalan. Mampu menjadi mata saat ku bisa melihat. Dan mampu menjadi tiang untuk bersandar saat ku kelelahan.
Akankah kau kirim malaikatMu itu untukku Tuhan...

Ditulis dari balik meja yang berdebu..
5-9-2008